Bersikap Demokratis Sesuai QS. Al-Imran: 159 - Cuma Berbagi

Bersikap Demokratis Sesuai QS. Al-Imran: 159

Bersikap Demokratis Sesuai QS. Al-Imran: 159
Isu utama yang menjadi muatan demokrasi adalah persoalan saling menghargai eksistensi (keberadaan). Rasa ingin dihargai adalah kebutuhan alamiah (fitrah) manusia. Manusia dari kasta apa pun memiliki rasa itu.

Teman-teman kita di sekolah mempunyai hak untuk dihargai. Bapak dan ibu guru, orangtua, dan semua orang yang ada di sekitar kita juga mempunyai hak untuk dihargai dan dihormati, sebagaimana kita juga ingin dihargai.

Ternyata, persoalan menghargai dan dihargai adalah bagian penting dari misi dakwah Islam. Yang lebih muda harus menghormati yang tua, dan yang lebih tua diperintahkan untuk menyayangi yang muda. Begitulah maksud salah satu sabda Nabi Muhammad saw.Ajaran demikian kemudian dipandang sebagai nilai-nilai demokrasi. Demokrasi memang istilah yang lahir dari dunia Barat, tetapi jangan pernah lupa, Islam bersikap akomodatif terhadap semua yang datang dari luar, Barat atau Timur, jika nilai-nilai yang diusungnya sejalan dengan nilai-nilai Islam sendiri, maka itu berarti Islami.

Tahukah kalian? Menurut pandangan para pakar, pemerintahan yang dipimpin Rasulullah dan Khulafaurrasyidin merupakan pemerintahan paling demokratis yang pernah ada di dunia, dengan Piagam Madinah sebagai acuan dalam menata hubungan antarwarga masyarakat. Pada masa itu, semua elemen masyarakat mendapat pengakuan dan penghormatan yang setara.

Banyak tokoh dunia Barat tercengang dengan adanya fakta Piagam Madinah. Salah satunya adalah Robert N. Bellah yang menuliskan dalam bukunya “Beyond Belief” (1976), bahwa Muhammad sebenarnya telah membuat lompatan yang amat jauh ke depan. Menurut Bellah, “Muhammad telah melahirkan sesuatu (konstitusi Madinah) yang untuk zaman dan tempatnya adalah sangat modern”

A. Demokrasi dalam IslamDi dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang berisi pesan-pesan mulia tentang bersikap demokratis, tentang musyawarah dan toleransi dalam perbedaanQ.S. ali-Imran/3:159 tentang Bersikap Demokrasi
Artinya: ”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Hukum Bacaan Tajwid
Arti Per Kata
Asbabun Nuzul

Sebab-sebab turunnya ayat 159 surat Ali-Imran ini kepada Nabi Muhammad saw. sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abas r.a., Ibnu Abas r.a. menjelaskan bahwasanya setelah terjadi perang Badar Rasulullah mengadakan musyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khatab r.a. untuk meminta pendapat mereka tentang para tawanan perang Badar.

Abu Bakar r.a. berpendapat, mereka sebaiknya dikembalikan kepada keluarga mereka dan keluarga mereka membayar tebusan. Namun Umar bin Khatab r.a. berpendapat, mereka sebaiknya dibunuh dan yang diperintah membunuh adalah keluarga mereka. Rasulullah saw. kesulitan dalam memutuskan, kemudian turun ayat 159 surat Ali-Imran ini sebagai dukungan atas pendapat Abu Bakar r.a. (HR.Kalabi). (Depag,2011:Al-Quran Tafsir Perkata, hal.72)
Penjelasan/Tafsir
Ayat di atas menjelaskan bahwa meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam perang Uhud sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita kekalahan, tetapi Rasulullah saw. tetap lemah lembut dan tidak marah terhadap para pelanggar, bahkan memaafkan dan memohonkan ampun untuk mereka. Seandainya Rasulullah bersikap keras, tentu mereka akan menaruh benci kepada beliau. Dalam pergaulan sehari-hari, beliau juga senantiasa memberi maaf terhadap orang yang berbuat salah sertamemohonkan ampun kepada Allah Swt. terhadap kesalahan-kesalahan mereka.

Di samping itu, Rasulullah saw juga senantiasa bermusyawarah dengan para sahabatnya tentang hal-hal yang penting, terutama dalam masalah peperangan. Oleh karena itu, kaum muslimin patuh terhadap keputusanyang diperoleh tersebut, karena merupakan keputusan mereka bersama Rasulullah saw. Mereka tetap berjuang dengan tekad yang bulat di jalan Allah Swt.. Keluhuran budi Rasulullah saw inilah yang menarik simpati orang lain, tidak hanya kawan bahkan lawan pun menjadi tertarik sehingga mau masuk Islam.


Dalam ayat di atas tertera tiga sifat dan sikap yang secara berurutan disebut dan diperintahkan untuk dilaksanakan sebelum bermusyawarah, yaitu lemah lembut, tidak kasar, dan tidak berhati keras. Meskipun ayat tersebut berbicara dalam konteks perang uhud, tetapi esensi sifat-sifat tersebut harus dimiliki dan diterapkan oleh setiap muslim, terutama ketika hendak bermusyawarah.


Sedangkan sikap yang harus diambil setelah bermusyawarah adalah memberi maaf kepada semua peserta musyawarah, apapun bentuk kesalahannya. Jika semua peserta musyawarah bersikap “memaafkan” maka yang terjadi adalah saling memaafkan. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi sakit hati atau dendam yang berkelanjutan di luar musyawarah, baik karena pendapatnya tidak diakomodasi atau karena sebab lain.


Dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang berbicara tentang nilainilai dalam demokrasi seperti dalam Firman Allah Swt. di dalam Q.S. al-Isra'/17:70, Q.S. al-Baqarah/2:30, Q.S. alHujurat/49:13, Q.S. asy-Syμra/42:38 serta berbagai surat lain. Inti dari semua ayat tersebut membicarakan bagaimana menghargai perbedaan, kebebasan berkehendak, mengatur musyawarah dan lain sebagainya yang merupakan unsur-unsur dalam demokrasi.


Di samping ayat-ayat tersebut, banyak juga hadis Rasulullah yang mengisyaratkan pentingnya demokrasi, karena beliau dikenal sebagai pemimpin yang paling demokratis. Di antaranya adalah hadis yang menegaskan bahwa beliau adalah orang yang paling suka bermusyawarah dalam banyak hal, seperti hadits berikut:

Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia berkata, Aku tak pernah melihat seseorang yang lebih sering bermusyawarah dengan para sahabat dari pada Rasulullah saw.” . [HR.at-Tirmizi].

Hadis di atas menjelaskan bahwa menurut pandangan para sahabat, Rasulullah saw adalah orang yang paling suka bermusyawarah. Dalam banyak urusan yang penting beliau senantiasa melibatkan para sahabat untuk dimintai pendapatnya, seperti dalam urusan strategi perang. Sikap Rasulullah tersebut menunjukkan salah satu bentuk kebesaran jiwa beliau dan kerendahan hatinya (tawadhu’), meskipun memiliki status sosial paling tinggi dibanding seluruh umat manusia, yaitu sebagai utusan Allah Swt.


Namun demikian, kedudukannya yang begitu mulia di sisi Allah Swt. itu sama sekali tidak membuatnya merasa “paling benar” dalam urusan kemanusiaan yang terkait dengan masalah ijtihadiy (dapat dipikirkan dan dimusyawarahkan karena bukan wahyu), padahal bisa saja Rasulullah memaksakan pendapat beliau kepada para sahabat, dan sahabat tentu akan menurut saja. Tetapi itulah Rasulullah, manusia agung yang tawadhu’ dan bijaksana.


Sikap rendah hati Rasulullah hanya satu dari akhlak mulia lainnya, seperti kesabaran dan lapang dada untuk memberi maaf kepada semua orang yang bersalah, baik diminta atau pun tidak. Itulah Rasulullah, teladan terbaik dalam berakhlak.


Dari ayat al-Qur’an dan hadis Nabi tersebut dapat dipahami bahwa musyawarah termasuk salah satu kebiasaan orang yang beriman. Hal ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim terutama dalam hal-hal yang memang perlu dimusyawarahkan, misalnya: Hal yang sangat penting, sesuatu yang ada hubungannya dengan orang banyak/masyarakat, pengambilan keputusan dan lain-lain.


Dalam kehidupan bermasyarakat, musyawarah menjadi sangat penting karena: 

a. Permasalahan yang sulit menjadi mudah setelah dipecahkan oleh orang banyak lebih-lebih kalau yang membahas orang yang ahli. 
b. Akan terjadi kesepahaman dalam bertindak. 
c. Menghindari prasangka yang negatif, terutama masalah yang ada hubungannya dengan orang banyak 
d. Melatih diri menerima saran dan kritik dari orang lain 
e. Berlatih menghargai pendapat orang lain

B. Demokrasi dan Syura
Selama ini demokrasi diidentikkan dengan syura dalam Islam karena adanya titik persamaan di antara keduanya. Untuk melihat lebih jelas titik persamaan tersebut, perlu kita lihat jati diri masing-masing dari keduanya.


1. Demokrasi
Secara kebahasaan, demokrasi terdiri atas dua rangkaian kata yaitu “demos” yang berarti rakyat dan “cratos” yang berarti kekuasaan. Secara istilah, kata demokrasi ini dapat ditinjau dari dua segi makna. Pertama, demokrasi dipahami sebagai suatu konsep yang berkembang dalam kehidupan politik pemerintah, yang di dalamnya terdapat penolakan terhadap adanya kekuasaan yang terkonsentrasi pada satu orang dan menghendaki peletakan kekuasaan di tangan orang banyak (rakyat) baik secara langsung maupun dalam perwakilan. Kedua, demokrasi dimaknai sebagai suatu konsep yang menghargai hak-hak dan kemampuan individu dalam kehidupan bermasyarakat.


Dari definisi ini dapat dipahami bahwa istilah demokrasi awalnya berkembang dalam dimensi politik yang tidak dapat dihindari. Secara historis, istilah demokrasi memang berasal dari Barat. Namun jika melihat dari sisi makna, kandungan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan oleh demokrasi itu sendiri sebenarnya merupakan gejala dan cita-cita kemanusiaan secara universal (umum, tanpa batas agama maupun etnis).


2. Syura
Menurut bahasa, dalam kamus Mu’jam Maqayis al-Lugah, syμra memiliki dua pengertian, yaitu menampakkan dan memaparkan sesuatu atau mengambil sesuatu.


Sedangkan menurut istilah, beberapa ulama terdahulu telah memberikan definisi syμra, di antara mereka adalah: 

a. Ar Raghib al-Ashfahani dalam kitabnya Al Mufradat fi Gharib al-Qur’an, mendefinisikan syura sebagai “proses mengemukakan pendapat dengan saling mengoreksi antara peserta syμra”. 
b. Ibnu al-Arabi al-Maliki dalam Ahkam al-Qur’an , mendefinisikannya dengan “berkumpul untuk meminta pendapat (dalam suatu permasalahan) yang peserta syμranya saling mengeluarkan pendapat yang dimiliki”. 
c. Sedangkan definisi syμra yang diberikan oleh pakar fikih kontemporer dalam asy Syμra fi Zilli Nizami al-Hukm al-Islami, di antaranya adalah “proses menelusuri pendapat para ahli dalam suatu permasalahan untuk mencapai solusi yang mendekati kebenaran”.

3. Titik Temu (Persamaan) antara Demokrasi dan Syμra
Dari beberapa definisi Syμra dan demokrasi di atas, dapat melihat bahwa Syμra hanya merupakan mekanisme kebebasan berekspresi dan penyaluran pendapat dengan penuh keterbukaan dan kejujuran. Hal tersebut menjadi pertanda adanya penghargaan terhadap pihak lain. Sementara demokrasi, menjangkau ruang lingkup yang lebih luas.


Demokrasi menyoal nilai-nilai egaliter, penghormatan terhadap potensi individu, penolakan terhadap kekuasaan tiran, dan memberi kesempatan kepada semua pihak untuk berpartisipasi dalam mengurus pemerintahan. Secara tegas demokrasi bermain pada wilayah politik. Jika demikian halnya, maka pada satu sisi, Syura merupakan bagian dari proses berdemokrasi. Di dalamnya terkandung nilai-nilai yang diusung demokrasi. Pada sisi lain, nilai-nilai luhur yang diusung oleh konsep demokrasi adalah nilai-nilai yang sejalan dengan visi Islam itu sendiri.


Nilai Islami bukanlah sesuatu yang berasal dari kaum muslimin saja (dari dalam), tetapi semua nilai yang mengandung kebaikan dan kemaslahatan, baik dari Barat maupun Timur, karena Islam tidak mengenal Barat dan Timur (diskriminasi), justru sikap Islam terhadap hal-hal baru yang baik adalah “akomodatif”.


Namun demikian, pro dan kontra tentang demokrasi dalam Islam masih terus berlanjut. Oleh karena itu, untuk mempertajam analisis kalian dalam menyikapi konsep demokrasi, ada baiknya kalian mengenali lebih lanjut pandangan-pandangan para ulama tentang hal tersebut


C. Pandangan Ulama (Intelektual Muslim) tentang Demokrasi
Secara garis besar, pandangan para ulama/cendekiawan muslim tentang demokrasi terbagi menjadi dua pandangan utama, yaitu; pertama, menolak sepenuhnya, kedua, menerima dengan syarat tertentu. Berikut ditamplkan ulama yang mewakili kedua pendapat tersebut:


1. Abul A’la Al-Maududi
Al-Maududi secara tegas menolak demokrasi. Menurutnya, Islam tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan besar kepada rakyat untuk menetapkan segala hal. Demokrasi adalah buatan manusia sekaligus produk dari pertentangan Barat terhadap agama sehingga cenderung sekuler. Karenanya, al-Maududi menganggap demokrasi modern (Barat) merupakan sesuatu yang bersifat syirik. Menurutnya, Islam menganut paham teokrasi (berdasarkan hukum Tuhan).


2. Mohammad Iqbal
Menurut Iqbal, sejalan dengan kemenangan sekularisme atas agama, demokrasi modern menjadi kehilangan sisi spiritualnya sehingga jauh dari etika. Demokrasi yang merupakan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat telah mengabaikan keberadaan agama. Parlemen sebagai salah satu pilar demokrasi dapat saja menetapkan hukum yang bertentangan dengan nilai agama kalau anggotanya menghendaki. Karenanya, menurut Iqbal Islam tidak dapat menerima model demokrasi Barat yang telah kehilangan basis moral dan spiritual. Atas dasar itu, Iqbal menawarkan sebuah konsep demokrasi spiritual yang dilandasi oleh etik dan moral ketuhanan. Jadi yang ditolak oleh Iqbal bukan demokrasi an sich, seperti yang dipraktekkan di Barat.


Lalu, Iqbal menawarkan sebuah model demokrasi sebagai berikut:

a) Tauhid sebagai landasan asasi. 
b) Kepatuhan pada hukum. 
c) Toleransi sesama warga. 
d) Tidak dibatasi wilayah, ras, dan warna kulit. 
e) Penafsiran hukum Tuhan melalui ijtihad.


3. Muhammad Imarah
Menurut Imarah, Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak menolaknya secara mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat dan menetapkan hukum) secara mutlak berada di tangan rakyat.


Sementara, dalam sistem syura (Islam) kekuasaan tersebut merupakan wewenang Allah Swt.. Dialah pemegang kekuasaan hukum tertinggi. Wewenang manusia hanyalah menjabarkan dan merumuskan hukum sesuai dengan prinsip yang digariskan Tuhan serta berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan Allah Swt.. Jadi, Allah Swt. berposisi sebagai al-Syâri’ (legislator) sementara manusia berposisi sebagai faqîh (yang memahami dan menjabarkan hukum-Nya)


Demokrasi Barat berpulang pada pandangan mereka tentang batas kewenangan Tuhan. Menurut Aristoteles, setelah Tuhan menciptakan alam, Dia membiarkannya. Dalam filsafat Barat, manusia memiliki kewenangan legislatif dan eksekutif. Sementara, dalam pandangan Islam, Allah Swt. pemegang otoritas tersebut. 


Allah berfirman: “Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”. (Q.S.al-A’râf/7:54). Inilah batas yang membedakan antara sistem syariah Islam dan demokrasi Barat. Adapun hal lainnya seperti membangun hukum atas persetujuan umat, pandangan mayoritas, serta orientasi pandangan umum, dan sebagainya adalah sejalan dengan Islam.


4. Yusuf al-Qardhawi
Menurut Al-Qardhawi, substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal, misalnya sebagaimana berikut: 

a) Dalam demokrasi proses pemilihan melibatkan banyak orang untuk mengangkat seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja, mereka tidak boleh akan memilih sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam menolak seseorang menjadi imam salat yang tidak disukai oleh ma'mum di belakangnya.


b) Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran juga sejalan dengan Islam. Bahkan amar ma'ruf dan nahi mungkar serta memberikan nasihat kepada pemimpin adalah bagian dari ajaran Islam.


c) Pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Karena itu, barangsiapa yang tidak menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat yang mestinya layak dipilih menjadi kalah dan suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang sebenarnya tidak layak, berarti ia telah menyalahi perintah Allah Swt. untuk memberikan kesaksian pada saat dibutuhkan.

d) Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak bertentangan dengan prinsip Islam. Contohnya dalam sikap Umar yang tergabung dalam syura. Mereka ditunjuk Umar sebagai kandidat khalifah dan sekaligus memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah berdasarkan suara terbanyak. Sementara, lainnya yang tidak terpilih harus tunduk dan patuh. Jika suara yang keluar tiga lawan tiga, mereka harus memilih seseorang yang diunggulkan dari luar mereka, yaitu Abdullah ibnu Umar. Contoh lain adalah penggunaan pendapat jumhur ulama dalam masalah khilafiyah. Tentu saja, suara mayoritas yang diambil ini adalah selama tidak bertentangan dengan nash syariat secara tegas.
e) Kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta otoritas pengadilan merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang sejalan dengan Islam.

5. Salim Ali al-Bahasnawi
Menurut Salim Ali al-Bahasnawi, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak bertentangan dengan Islam dan memuat sisi negative yang bertentangan dengan Islam. Sisi baik demokrasi adalah adanya kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan dengan Islam. Sementara, sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif secara bebas yang bisa mengarah pada sikap menghalalkan yang haram dan menghalalkan yang haram.


Karena itu, ia menawarkan adanya Islamisasi demokrasi sebagai berikut:

 a) Menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah Swt..
 b) Wakil rakyat harus berakhlak Islam dalam musyawarah dan tugas-tugas lainnya
 c) Mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak ditemukan dalam al-Qur’an dan Sunnah (Q.S.an-Nisa/4:59) dan (Q.S.al-Ahzab/33:36).
 d) Komitmen terhadap Islam terkait dengan persyaratan jabatan sehingga hanya yang bermoral yang duduk di parlemen.

Perilaku demokratis yang harus dibiasakan sebagai implementasi dari ayat dan hadis yang telah dibahas antara lain sebagai berikut: 

1. Bersikap lemah lembut jika hendak menyampaikan pendapat (tidak berkata kasar ataupun bersikap keras kepala); 
2. Menghargai pendapat orang lain; 
3. Berlapang dada untuk saling memaafkan; 
4. Memohonkan ampun untuk saudara-saudara yang bersalah; 
5. Menerima keputusan bersama (hasil musyawarah) dengan ikhlas; 
6. Melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah dengan tawakal; 
7. Senantiasa bermusyarawarah tentang hal-hal yang menyangkut kemaslahatan bersama; 8. Menolak segala bentuk diskriminasi atas nama apapun; 
9. Berperan aktif dalam bidang politik sebagai bentuk partisipasi dalam membangun bangsa.

Rangkuman
1. Kandungan Q.S.²li-Imran/3:159 dan H.R. at-Tirmizi menjelaskan bahwa musyawarah termasuk salah satu sifat orang yang beriman. Hal ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim terutama dalam hal-hal yang penting; 

2. Mencintai musyawarah dalam mengambil keputusan pada segala hal yang terkait dengan kehidupan keluarga dan masyarakat, seperti memilih lembaga pendidikan yang cocok, memilih tempat kerja, memilih ketua RT, dan lain-lain; 
3. Bersikap lemah lembut dalam bermusyawarah, baik ketika menyampaikan pendapat maupun menanggapi pendapat orang lain; 
4. Berlapang dada untuk memaafkan semua pihak yang mungkin berlaku tidak wajar sehingga memancing amarah kita; 
5. Konsisten terhadap keputusan hasil musyawarah, terutama jika menyangkut kepentingan bersama; 
6. Melaksanakan hasil musyawarah dengan penuh sikap tawakal kepada Allah Swt., sehingga terhindar dari segala sikap buruk sangka apabila ternyata keputusan musyawarah tersebut tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan. 
7. Antara musyawarah (syμra) dengan demokrasi terdapat titik temu, di mana dalam demokrasi terdapat prinsip syμra, yaitu adanya kebebasan berpendapat, keterbukaan, dan kejujuran, sementara demokrasi, menjangkau ruang lingkup yang lebih luas. 
8. Terjadi pro dan kontra di kalangan para ulama tentang demokrasi, sebagian menerima dan sebagian menolak.



44 Tanggapan untuk "Bersikap Demokratis Sesuai QS. Al-Imran: 159 "

  1. Nama : Anif Hidayat
    Kelas : XI IPS 1
    No.abs : 03

    Menurut saya demokrasi dalam islam sangat dianjurkan karena dalam demokrasi kita diajarkan tentang menghargai orang lain , berlapang dada, dan mau memaafkan kesalahan orang lain, walaupun masih banyak pro kontra dikalangan para ulama, sebagian ada yang menerima dan menolak dengan adanya demokrasi didalam islam

    ReplyDelete
  2. Nama: Vitara Fridayanti
    No : 24
    Kelas : XII IPS 1


    Dalam ayat-ayat tersebut tertera tiga sifat dan sikap yang secara berurutan disebut dan diperintahkan untuk dilaksanakan sebelum bermusyawarah, yaitu lemah lembut, tidak kasar, dan tidak berhati keras. Meskipun ayat tersebut berbicara dalam konteks perang uhud, tetapi esensi sifat-sifat tersebut harus dimiliki dan diterapkan oleh setiap muslim, terutama ketika hendak bermusyawarah.

    ReplyDelete
  3. Nama : Romadhon Setiyawan
    No. : 20
    Kelas. : XII IPS 1

    Kandungan Q.S.²li-Imran/3:159 dan H.R. at-Tirmizi menjelaskan bahwa musyawarah termasuk salah satu sifat orang yang beriman. Hal ini perlu diterapkan dalam kehidupan karena kita bisa menyelesaikan masaalah tanpa ada kekerasan dan menjalani kehidupan dengan aturan yang telah disepakati bersama

    ReplyDelete
  4. Nama : Silvana Merriota
    No : 21
    Kelas : XII IPS 1

    Kandungan dari surah Al-Imran ayat 159 yaitu mengajarkan kita senantiasa melaksanakan musyawarah untuk menyelesaikan masalah dalam kelompok dan melaksanakan keputusan yang telah ditetapkan dalam musyawarah dengan penuh sikap tawakal.

    ReplyDelete
  5. Nama : Dian Wijayanti
    No. : 08
    Kelas. : XII IPS 1

    Sikap demokratis yang terdapat pada QS Ali Imran 159 yaitu pada intinya kita harus meneladani sikap yang diterapkan oleh Rasulullah ketika sedang bermusyawarah sesuai dengan isi kandungan QS Ali Imran 159 yaitu bersikap lemah lembut, mudah memaafkan orang lain.

    ReplyDelete
  6. Nama : Nurma Ika Apriliani
    No. : 16
    Kelas : XII IPS 1

    Kandungan Q.S Ali imran ayat 159 yaitu manusia menyukai pribadi yang lemah lembut, sebaliknya membenci kata-kata kasar dan sikap keras hati. Manusia akan menjauh dari orang yang suka berkata kasar dan hatinya keras. Allah SWT mencintai hambanya yang pemaaf, suka bermusyawarah dan tawakkal.

    ReplyDelete
  7. Nama:Moh Santoso
    Kelas :XII IPS 2
    No. :13

    Kandungan Q.S Ali imran ayat 159 yaitu manusia menyukai pribadi yang lemah lembut, sebaliknya membenci kata-kata kasar dan sikap keras hati. Manusia akan menjauh dari orang yang suka berkata kasar dan hatinya keras. Allah SWT mencintai hambanya yang pemaaf, suka bermusyawarah dan tawakal.

    ReplyDelete
  8. Nama : Arsya Putri Nabila
    No : 05
    Kelas : XII IPS 1

    Inti pokok dari materi tersebut yaitu terdapat dalam surah Ali Imran ayat 159 sebagai berikut:

    => meskipun dalam keadaan genting, tetapi Rasulullah saw. tetap lemah lembut dan tidak marah terhadap para pelanggar. Bahkan memaafkan dan memohonkan ampun untuk mereka. Seandainya Rasulullah saw. bersikap keras, tentu mereka akan menaruh benci kepada beliau. Dalam surah Ali Imran ayat 159 tertera tiga sifat dan sikap yang secara berurutan disebut dan diperintahkan untuk dilaksanakan sebelum bermusyawarah, yaitu lemah lembut, tidak kasar, dan tidak berhati keras. Meskipun ayat tersebut berbicara dalam konteks perang uhud, tetapi esensi sifat-sifat tersebut harus dimiliki dan diterapkan oleh setiap muslim, terutama ketika hendak bermusyawarah.

    ReplyDelete
  9. Nama: Wahyu pambudi uji
    Kelas: XII ips 2
    No : 25


    Ayat 159 surah ali imran menjelaskan tentang Allah menyuruh kita untuk berlemah lembut kepada siapapun itu Perintah memaafkan orang yang jahat kepada kita bermusyawarah ketika terjadi perselisihan dalam suatu urusan Perintah untuk bertawakkal kepada Allah Dalil Allah menyukai orang yang bertawakal

    ReplyDelete
  10. Nama: Riski Mulyawan
    Kelas: XII IPS 2
    No: 18

    Rasulullah mengajarkan kepada umat Islam agar senantiasa melakukan musyawarah dalam memutuskan sesuatu. Terlebih lagi, permasalah yang dihadapi berkaitan dengan hajat orang banyak. Sebab, manusia hidup mempunyai keinginan masing-masing, sehingga perlu adanya titik temu lewat musyawarah.Dalam persoalan dunia, Rasulullah senantiasa melakukan musyawarah dalam menyelesaikannya. Beliau selalu terbuka terhadap segala masukan dari para sahabatnya. Misalnya, perihal tahanan perang, persolan strategi perang dan masalah-masalah sosial lainnya.

    ReplyDelete
  11. Nama: Riski Mulyawan
    Kelas: XII IPS 2
    No: 18

    Rasulullah mengajarkan kepada umat Islam agar senantiasa melakukan musyawarah dalam memutuskan sesuatu. Terlebih lagi, permasalah yang dihadapi berkaitan dengan hajat orang banyak. Sebab, manusia hidup mempunyai keinginan masing-masing, sehingga perlu adanya titik temu lewat musyawarah.Dalam persoalan dunia, Rasulullah senantiasa melakukan musyawarah dalam menyelesaikannya. Beliau selalu terbuka terhadap segala masukan dari para sahabatnya. Misalnya, perihal tahanan perang, persolan strategi perang dan masalah-masalah sosial lainnya.

    ReplyDelete
  12. Nama : Lutfiyana Chusnita
    Kelas : XII IPS 2
    No : 12


    Kandungan Q.S Ali imran ayat 159 yaitu apabila kita sedang berselisih pendapat maka harus diselesaikan secara bermusyawarah dan dengan hati pikiran yang tenang jangan sampai mengeluarkan kata2 yang dapat menyakiti satu sama lain.
    Dalam ayat di atas tertera tiga sifat dan sikap yang secara berurutan disebut dan diperintahkan untuk dilaksanakan sebelum bermusyawarah, yaitu lemah lembut, tidak kasar, dan tidak berhati keras.
    Setelah bermusyawarah saling memaafkan.

    ReplyDelete
  13. Nama : Sri Ekowati
    Kelas. : XII IPS 2
    No . : 23

    Menurut saya
    Antara musyawarah (syμra) dengan demokrasi terdapat titik temu, di mana dalam demokrasi terdapat prinsip syμra, yaitu adanya kebebasan berpendapat, keterbukaan, dan kejujuran, sementara demokrasi, menjangkau ruang lingkup yang lebih luas.

    ReplyDelete
  14. Nama : Harnum Tri Prihartiningsih
    Kelas : XII IPS 2
    No.abs : 08

    Bismillah

    Menurut pendapat saya
    Di dalam Qur'an surah Ali imran/3:159 bahwasannya kita diperintahkan untuk berperilaku lemah lembut,memaafkan,bermusyawarah,dan membulalatkan tekad karena sesungguhnya allah menyukai orang orang yang bertawakal kepadanya.
    Jadi intinya kita harus bisa menyelesaikan permasalahan dengan bermusyawarah,juga harus mengedepankan akhlak dan adab dalam bermusyawarah jangan mengedepankan emosi dan ego diri kita dalam bermusyawarah,jikalau kita sudah berani berpendapat kita harus berlapang dada dalam menerima kritik dan saran dan berpendapatlah dengan bertutur kata yang lembut,baik,dan sopan santun,dan jikalau ada yang berbeda pendapat atau berselisih kita harus memberikan toleransi dan maaf kepada mereka,sungguh allah swt maha pemaaf maka kita sebagai hamba allah harus bisa memaafkan kesalahan seseorang dengan ikhlas.
    Alhamdulillah

    ReplyDelete
  15. Nama : Harnum Tri Prihartiningsih
    Kelas : XII IPS 2
    No.abs : 08

    Bismillah

    Menurut pendapat saya
    Di dalam Qur'an surah Ali imran/3:159 bahwasannya kita diperintahkan untuk berperilaku lemah lembut,memaafkan,bermusyawarah,dan membulalatkan tekad karena sesungguhnya allah menyukai orang orang yang bertawakal kepadanya.
    Jadi intinya kita harus bisa menyelesaikan permasalahan dengan bermusyawarah,juga harus mengedepankan akhlak dan adab dalam bermusyawarah jangan mengedepankan emosi dan ego diri kita dalam bermusyawarah,jikalau kita sudah berani berpendapat kita harus berlapang dada dalam menerima kritik dan saran dan berpendapatlah dengan bertutur kata yang lembut,baik,dan sopan santun,dan jikalau ada yang berbeda pendapat atau berselisih kita harus memberikan toleransi dan maaf kepada mereka,sungguh allah swt maha pemaaf maka kita sebagai hamba allah harus bisa memaafkan kesalahan seseorang dengan ikhlas.
    Alhamdulillah

    ReplyDelete
  16. Nama:Puspa Sukma p
    No. :17
    Kepas :XII IPS 2

    Menurut pandapat saya Q.S Ali 'Imran 3:159 menjelaskan bahwa musyawarah termasuk salah satu sifat oarang yang beriman karena dapat dicerminkan dalam kehidupan sehari -hari .Dan mengajarkan anak muda betapa pentingnya sifat beriman .Orang-orang beriman yang senantiasa selalu mengingat allah swt. Yang dijelaskan dalam Q.S.Ali'Imran 191 .Dan selalu berbuat kebaikan dijalan allah samapi di akhirat

    ReplyDelete
  17. Nama : Rizky Wulandari
    Kelas : XII IPA 2
    Absen: 25

    Pada kehidupan manusia pastinya banyak masalah-masalah yang sering dihadapi selain dari pada ibadah. Oleh karena itu cara lain yang dapat memecahkan dan menyelesaikan sebuah permasalahan adalah dengan cara ber-musyawarah. Selain itu,
    bersikap kritis harus juga ditujukan dan ditanamkan dalam diri sendiri sehingga materi-materi berfikir secara kritis, bersikap secara demokratis dan sikap secara kritis dalam diri sendiri itu pasti dibarengi dengan sikap secara kritis terhadap pendapat-pendapat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Di dalam sikap secara kritis ini tentu nya harus wajib di dukung dengan sikap tanggung jawab dengan apa yang sedang di kritisi, oleh karena itu sikap secara kritis yang ada pada suasana demokrasi wajib perlu untuk di berikan dukungan berdasarkan kemampuan untuk bisa menyelesaikan suatu masalah dengan cara penuh kedamaian. Suatu permasalahan yang berasal dari sebuah perbedaan pendapat bisa berujung dengan konflik dan untuk itu harus di tekankan suatu penyelesaian masalah yang dilakukan dengan penuh kedamaian dan bukan dengan kekerasan.

    ReplyDelete
  18. Nama: Nikmah Isnaningtyas H.
    Kelas : XII IPA 2
    No : 19


    Menurut pendapat saya isi dari QS. Al-Imran: 159 menjelaskan bahwa meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam perang Uhud sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita kekalahan, tetapi Rasulullah saw. tetap lemah lembut dan tidak marah terhadap para pelanggar, bahkan memaafkan dan memohonkan ampun untuk mereka. Seandainya Rasulullah bersikap keras, tentu mereka akan menaruh benci kepada beliau. Dalam pergaulan sehari-hari, beliau juga senantiasa memberi maaf terhadap orang yang berbuat salah serta memohonkan ampun kepada Allah Swt. terhadap kesalahan-kesalahan mereka.

    ReplyDelete
  19. Nama : Yuni Dwi Lestari
    Kelas : XII IPA 2
    No. : 32


    Q.S Ali Imran /3:159 dan HR.at - Tarmizi bahwa bermusyawarah termasuk salah satu kebiasaan orang yang beriman dan perlu diterapkan di kehidupan sehari-hari seorang muslim dalam berhubungan dengan orang banyak atau masyarakat, pengambilan keputusan dan lain-lain.
    Q.S Ali Imran 3:159 juga diperintahkan sikap sebelum melaksanakan musyawarah yaitu lemah lembut, tidak kasar, dan tidak berhati keras tetapi esensi sifat-sifat tersebut harus dimiliki dan diterapkan terutama ketika bermusyawarah.

    ReplyDelete
  20. Nama: Anggiansyah Saputra
    No : 01
    Kelas: XII MIPA 2

    Menurut pandapat saya Q.S Ali 'Imran 3:159 kita sebagai umat muslim harus menyelesaikan segala sesuatu dengan bermusyawarah. Satu permasalahan dengan yang lain merupakan kondisi bahwa kita harus melakukan musyawarah agar kita dapat menemukan titik cerah dengan mudah. Semua hal memang lebih baik jika diselesaikan dengan cara lemah lembut, tidak kasar, dan tidak berhati keras. Maka dari itu kita sebagai umat beragama saling bantu membantu selesaikan semuanya bersama" jangan sampai kita terlena sehingga menjerumuskan kita sendiri nantinya.

    Trimakasih

    ReplyDelete
  21. Nama : Jeny Fatmawati
    Kelas : XII IPA 2
    No. : 15
    Demokarsi sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Kita dapat mengambil pelajaran QS Al Imran ayat 159 yaitu berlaku lemah lembut, tidak bersikap kasar dan bermusyawarah. Untuk mencapai demokarsi dengan musyawarah tentu kita harus berlatih bersikap menerima pendapat orang lain, mudah memaafkan, toleransi, dan saling menghargai pendapat. Musyawarah mufakat merupakan suatu keputusan yang diambil secara bersama-sama, semua orang berhak mengutarakan pendapatnya tetapi tidak boleh menyalahi aturan, di situlah suatu keputusan yang akan dicapai nantinya tidak akan mengecewakan banyak orang karena itu merupakan keputusan bersama-sama.

    ReplyDelete
  22. Nama : Refika Dwi Wahyuni
    No : 23
    Kelas : XII IPA 2

    Demokrasi dalam Al-Qur'an terdapat ayat-ayat yg berisi pesan-pesan mulia tentang bersikap demokratis, musyawarah,dan toleransi dalam perbedaan. Dalam QS. Al-Imran Ayat 159 tertera tiga sifat dan sikap yg secara berurutan disebut dan diperintahkan untuk dilaksanakan sebelum bermusyawarah yaitu lemah lembut, tidak kasar, dan tidak berhati keras. Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadanya. Oleh karena itu kita sebagai umat muslim harus bisa menyelesaikan masalah dengan bermusyawarah, mengeluarkan ide dan pendapat masing-masing tidak boleh egois atau ingin menang sendiri.

    ReplyDelete
  23. Nama: Dilia Permatasari
    Kelas: XII IPA 2
    No. Absen: 06

    Pada Q. R Ali-'imran menjelaskan bahwa pada saat bermusyawarah ataupun berdemokrasi, kita harus membiasakan perilaku yang demokratis, yaitu : menerima keputusan bersama, menghargai pendapat orang lain, melapang dada untuk saling memaafkan, berlaku lemah lembut, tidak bersikap keras ataupun berhati kasar agar teman yang lain (peserta musyawarah yang lain) tidak menjauh.

    ReplyDelete
  24. Nama : Refika Dwi Wahyuni
    No : 23
    Kelas : XII IPA 2

    Demokrasi dalam Al-Qur'an terdapat ayat-ayat yg berisi pesan-pesan mulia tentang bersikap demokratis, musyawarah,dan toleransi dalam perbedaan. Dalam QS. Al-Imran Ayat 159 tertera tiga sifat dan sikap yg secara berurutan disebut dan diperintahkan untuk dilaksanakan sebelum bermusyawarah yaitu lemah lembut, tidak kasar, dan tidak berhati keras. Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadanya. Oleh karena itu kita sebagai umat muslim harus bisa menyelesaikan masalah dengan bermusyawarah, mengeluarkan ide dan pendapat masing-masing tidak boleh egois atau ingin menang sendiri.

    ReplyDelete
  25. Nama : Figo Aprilian
    Kelas : XII IPA 2
    NO: 10
    Menurut saya Demokrasi yang sesuai dengan QS. Ali Imran 3/159 yaitu demokrasi yang mengutamakan persatuan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah swt sesuai dengan sikap yang dibawakan oleh Nabi Muhammad Saw yaitu sebagai berikut :

    permasalahan dengan bermusyawarah.
    Mengedepankan akhlak dan adab dalam bermusyawarah.
    Tidak mengedepankan emosi dan ego dalam bermusyawarah.
    Berani berpendapat, juga berani dalam menerima kritik dan saran.
    Memutuskan musyawarah dengan cara yang adil.
    Memberikan toleransi dan maaf kepada mereka yang berbeda pendapat ataupun berselisih pendapat dengan kita.

    ReplyDelete
  26. Nama : Imelda
    Kelas : XII MIA2
    No : 14

    Bermusyawarah merupakan kebiasaan yang beriman, walaupun terjadi pro dan kontra dikalangan para ulama tentang demokrasi, kita dapat berlapang dada untuk memaafkan pihak yang berlaku tidak wajar.

    ReplyDelete
  27. Nama: Fitria Anisa Putri
    Kelas: XII IPA 2
    No: 11

    Menurut pendapat saya QS Ali Imran ayat 159 menjelaskan tentang bahwa kita harus memiliki sifat yang lemah lembut, tidak kasar, dan tidak berhati keras ketika saat bermusyawarah. Dan kita juga harus saling memaafkan.

    ReplyDelete
  28. Dalam QS Surah al-imran ayat 159 terkandung makna demokrasi yang berasal dari kata demos: rakyat dan cratos:kekuasaan maka bermakna kekuasaan rakyat dalam perkembangan islam demokrasi sangatlah dijunjung karena terbukti dihapus perbudakan serta perbedaan kasta,dalam demokrasi memiliki beberapa kesamaan dengan syura yaitu adalah memberikan pendapat dan perbedaan adalah syura memaparkan atau menunjukkan pendapat sedangkan demokrasi memaparkan secara umum dan luas dalam beberapa pendapat demokrasi adalah bersifat haram karena berasal dari barat yang mayoritas non islam dan perbedaan hukum jika demokrasi berasal dari eropa dan bersifat politik sedangkan islam berasal dari hukum Allah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nama: Wahyu Nugroho P.S
      No/Kelas: 30/XII MIPA 2

      Delete
  29. Nama : Aulia Putri Ceasarani
    Kelas : XII Ipa 2
    No : 03

    Dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang berbicara tentang nilainilai dalam demokrasi seperti dalam Firman Allah Swt. di dalam Q.S. al-Isra'/17:70, Q.S. al-Baqarah/2:30, Q.S. alHujurat/49:13, Q.S. asy-Syμra/42:38 serta berbagai surat lain. Inti dari semua ayat tersebut membicarakan bagaimana menghargai perbedaan, kebebasan berkehendak, mengatur musyawarah dan lain sebagainya yang merupakan unsur-unsur dalam demokrasi. Di samping ayat-ayat tersebut, banyak juga hadis Rasulullah yang mengisyaratkan pentingnya demokrasi, karena beliau dikenal sebagai pemimpin yang paling demokratis. Di antaranya adalah hadis yang menegaskan bahwa beliau adalah orang yang paling suka bermusyawarah dalam banyak hal.

    ReplyDelete
  30. Nama : Dhea Vanishafuri
    No. : 05
    Kelas : XII IPA 2

    Dalam Q.S Al- Imran ayat 159 mnjelaskan bahwa musyawarah termasuk sifat org yg beriman maka kita harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga harus mencintai musyawarah, bahkan kita diharus kan musyawarah untuk mengambil keputusan dalam segala hal.

    ReplyDelete
  31. Nama. : Uun Nafi'ah
    Kelas. : XII IPA 2
    No Absen : 29

    Tanggapan demokrasi berdasar pada Surah Ali Imran Ayat 159:

    Tidak memaksakan pendapat atau menyelesaikan perselisihan dengan orang lain terlebih dengan jalan kekerasan
    Melakukan musyawarah dalam menyelesaikan urusan
    Apabila telah mufakat (kebulatan tekad) maka harus patuh dan taat atas keputusan yang ada
    »
    Salah satu ciri utama demokrasi khususnya demokrasi pancasila adalah musyawarah mufakat serta kebebasan berpendapat tanpa adanya kekangan atau paksaan terlebih intimidasi. Kedua ciri utama demokrasi ini ditemukan dalam SURAH AL-BAQRAH AYAT 159.

    ReplyDelete
  32. Nama : Binawan setiarso
    No : 04
    Kelas :Xll mipa 2

    Menyelesaikan masalah dengan jalan yang paling baik adalah dengan musyawarah. Dalam bermusyawarah kita harus saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain, dan setelah bermusyawarah sikap kita harus memberi maaf atau memaafkan kepada semua peserta musyawarah supaya tidak ada lagi sakit hati atau dendam yang berkelanjutan diluar musyawarah.

    ReplyDelete
  33. Nama : Pradita Fitri Novianti
    No : 22
    Kelas : XII IPA 2

    Isu utama yang menjadi muatan demokrasi adalah persoalan saling menghargai eksistensi (keberadaan). persoalan menghargai dan dihargai adalah bagian penting dari misi dakwah Islam. Yang lebih muda harus menghormati yang tua, dan yang lebih tua diperintahkan untuk menyayangi yang muda. Begitulah maksud salah satu sabda Nabi Muhammad saw. Demokrasi dalam IslamDi dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang berisi pesan-pesan mulia tentang bersikap demokratis, tentang musyawarah dan toleransi dalam perbedaanQ.S. ali-Imran/3:159 tentang Bersikap Demokrasi :
    Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”


    ReplyDelete
  34. Nama : Hussaini Abdurrauf
    Kelas : XII IPS 2
    No : 10

    Qs ali imran ayat 159 diturunkan karena adanya Perbedaan pendapat antara Abu Bakar r.a dan Umar bin Khatab r.a. Abu Bakar r.a. berpendapat, mereka sebaiknya dikembalikan kepada keluarga mereka dan keluarga mereka membayar tebusan. Namun Umar bin Khatab r.a. berpendapat, mereka sebaiknya dibunuh dan yang diperintah membunuh adalah keluarga mereka dan Rasulullah Sulit dalam memutuskan

    ReplyDelete
  35. Nama: Bima Adi Satria
    No: 03
    Kelas: XII IPS 3

    Diperintahkan untuk dilaksanakan sebelum bermusyawarah, yaitu lemah lembut, tidak kasar, dan tidak berhati keras
    Sedangkan sikap yang harus diambil setelah bermusyawarah adalah memberi maaf kepada semua peserta musyawarah, apapun bentuk kesalahannya.

    ReplyDelete
  36. Nama:Muhammad Naufal Zhafran
    No:12
    Kelas:XII IPS 3

    Sedangkan sikap yang harus diambil setelah bermusyawarah adalah memberi maaf kepada semua peserta musyawarah, apapun bentuk kesalahannya. Jika semua peserta musyawarah bersikap “memaafkan” maka yang terjadi adalah saling memaafkan. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi sakit hati atau dendam yang berkelanjutan di luar musyawarah, baik karena pendapatnya tidak diakomodasi atau karena sebab lain. Dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang berbicara tentang nilainilai dalam demokrasi seperti dalam Firman Allah Swt. di dalam Q.S. al-Isra'/17:70, Q.S. al-Baqarah/2:30, Q.S. alHujurat/49:13, Q.S. asy-Syμra/42:38 serta berbagai surat lain. Inti dari semua ayat tersebut membicarakan bagaimana menghargai perbedaan, kebebasan berkehendak, mengatur musyawarah dan lain sebagainya yang merupakan unsur-unsur dalam demokrasi.

    ReplyDelete
  37. Nama: Ghazi Muh. Tsany
    No: 07
    Kelas: XI IPS 3
    Dalam Q.S. ali-Imran/3:159 menjelaskan tentang Bersikap Demokrasimenjelaskan bahwa meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam perang Uhud sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita kekalahan, tetapi Rasulullah saw. tetap lemah lembut dan tidak marah terhadap para pelanggar, bahkan memaafkan dan memohonkan ampun untuk mereka. Seandainya Rasulullah bersikap keras, tentu mereka akan menaruh benci kepada beliau. Dalam pergaulan sehari-hari, beliau juga senantiasa memberi maaf terhadap orang yang berbuat salah sertamemohonkan ampun kepada Allah Swt. terhadap kesalahan-kesalahan mereka.
    Dalam kehidupan bermasyarakat, musyawarah menjadi sangat penting karena:
    a. Permasalahan yang sulit menjadi mudah setelah dipecahkan oleh orang banyak lebih-lebih kalau yang membahas orang yang ahli.
    b. Akan terjadi kesepahaman dalam bertindak.
    c. Menghindari prasangka yang negatif, terutama masalah yang ada hubungannya dengan orang banyak.
    B. Demokrasi dan Syura Selama ini demokrasi diidentikkan dengan syura dalam Islam karena adanya titik persamaan di antara keduanya. Untuk melihat lebih jelas titik persamaan tersebut, perlu kita lihat jati diri masing-masing dari keduanya.
    *Demokrasi Secara kebahasaan, demokrasi terdiri atas dua rangkaian kata yaitu “demos” yang berarti rakyat dan “cratos” yang berarti kekuasaan. Secara istilah, kata demokrasi ini dapat ditinjau dari dua segi makna. Pertama, demokrasi dipahami sebagai suatu konsep yang berkembang dalam kehidupan politik pemerintah, yang di dalamnya terdapat penolakan terhadap adanya kekuasaan yang terkonsentrasi pada satu orang dan menghendaki peletakan kekuasaan di tangan orang banyak (rakyat) baik secara langsung maupun dalam perwakilan. Kedua, demokrasi dimaknai sebagai suatu konsep yang menghargai hak-hak dan kemampuan individu dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan,
    *Syura Menurut bahasa, dalam kamus Mu’jam Maqayis al-Lugah, syμra memiliki dua pengertian, yaitu menampakkan dan memaparkan sesuatu atau mengambil sesuatu. Sedangkan menurut istilah, beberapa ulama terdahulu telah memberikan definisi syμra, di antara mereka adalah: Ar Raghib al-Ashfahani dalam kitabnya Al Mufradat fi Gharib al-Qur’an, mendefinisikan syura sebagai “proses mengemukakan pendapat dengan saling mengoreksi antara peserta syμra”.






    ReplyDelete
  38. Nama: Nur halimah
    Kelas: Xll ips 3
    No. 15

    Demokrasi dalam IslamDi dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang berisi pesan-pesan mulia tentang bersikap demokratis, tentang musyawarah dan toleransi dalam perbedaanQ.S. ali-Imran/3:159
    Demokrasi dan Syura
    Selama ini demokrasi diidentikkan dengan syura dalam Islam karena adanya titik persamaan di antara keduanya. Untuk melihat lebih jelas titik persamaan tersebut, perlu kita lihat jati diri masing-masing dari keduanya.
    Demokrasi
    Secara kebahasaan, demokrasi terdiri atas dua rangkaian kata yaitu “demos” yang berarti rakyat dan “cratos” yang berarti kekuasaan. Secara istilah, kata demokrasi ini dapat ditinjau dari dua segi makna. Pertama, demokrasi dipahami sebagai suatu konsep yang berkembang dalam kehidupan politik pemerintah, yang di dalamnya terdapat penolakan terhadap adanya kekuasaan yang terkonsentrasi pada satu orang dan menghendaki peletakan kekuasaan di tangan orang banyak (rakyat) baik secara langsung maupun dalam perwakilan
    Pandangan Ulama (Intelektual Muslim) tentang Demokrasi
    Secara garis besar, pandangan para ulama/cendekiawan muslim tentang demokrasi terbagi menjadi dua pandangan utama, yaitu; pertama, menolak sepenuhnya, kedua, menerima dengan syarat tertentu. Berikut ditamplkan ulama yang mewakili kedua pendapat tersebut.
    Rangkuman
    1. Kandungan Q.S.²li-Imran/3:159 dan H.R. at-Tirmizi menjelaskan bahwa musyawarah termasuk salah satu sifat orang yang beriman. Hal ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim terutama dalam hal-hal yang penting;

    2. Mencintai musyawarah dalam mengambil keputusan pada segala hal yang terkait dengan kehidupan keluarga dan masyarakat, seperti memilih lembaga pendidikan yang cocok, memilih tempat kerja, memilih ketua RT, dan lain-lain;
    3. Bersikap lemah lembut dalam bermusyawarah, baik ketika menyampaikan pendapat maupun menanggapi pendapat orang lain;
    4. Berlapang dada untuk memaafkan semua pihak yang mungkin berlaku tidak wajar sehingga memancing amarah kita;
    5. Konsisten terhadap keputusan hasil musyawarah, terutama jika menyangkut kepentingan bersama;
    6. Melaksanakan hasil musyawarah dengan penuh sikap tawakal kepada Allah Swt., sehingga terhindar dari segala sikap buruk sangka apabila ternyata keputusan musyawarah tersebut tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan.
    7. Antara musyawarah (syμra) dengan demokrasi terdapat titik temu, di mana dalam demokrasi terdapat prinsip syμra, yaitu adanya kebebasan berpendapat, keterbukaan, dan kejujuran, sementara demokrasi, menjangkau ruang lingkup yang lebih luas.
    8. Terjadi pro dan kontra di kalangan para ulama tentang demokrasi, sebagian menerima dan sebagian menolak.

    ReplyDelete
  39. Nama : Inggrit Affi
    Nomor: 08
    Kelas : XII IPS 3
    Kandungan Q.S.²li-Imran/3:159 dan H.R. at-Tirmizi menjelaskan bahwa musyawarah termasuk salah satu sifat orang yang beriman. Hal ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim terutama dalam hal-hal yang penting contohnya ,menentukan solusi permasalahan dengan bermusyawarah.
    Mengedepankan akhlak dan adab dalam bermusyawarah.
    Tidak mengedepankan emosi dan ego dalam bermusyawarah.
    Berani berpendapat, juga berani dalam menerima kritik dan saran.
    Memutuskan musyawarah dengan cara yang adil.
    Memberikan toleransi dan maaf kepada mereka yang berbeda pendapat ataupun berselisih pendapat dengan kita.
    Menghindari perdebatan dan memperbanyak tukar pikiran.
    Meniatkan segala bentuk musyawarah hanya untuk ajang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
    Ini juga menunjukan bahwa tidak setiap hal atau setiap permasalahan bisa diselesaikan dengan kemarahan, dengan emosi, jika bisa diselesaikan dengan cara baik².. Kenapa tidak :)

    ReplyDelete
  40. Nama: Rikoh Gita Marfonda
    Kls: XII IPS 3
    No: 16

    Dalam bersikap demokratis sesuai Q.S Ali Imron:159, dengan konsisten terhadap keputusan hasil musyawarah, terutama jika menyangkut kepentingan bersama, dengan sikap lemah lembut, baik dalam menyampaikan dan menanggapi pendapat. Serta Melaksanakan hasil musyawarah dengan penuh sikap tawakal kepada Allah Swt.,

    ReplyDelete
  41. Nama: Rizky Yulianto
    No: 17
    Kelas: XII IPS 3
    Dalam Q.S. ali-Imran/3:159 menjelaskan tentang Bersikap Demokrasimenjelaskan bahwa meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam perang Uhud sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita kekalahan, tetapi Rasulullah saw. tetap lemah lembut dan tidak marah terhadap para pelanggar, bahkan memaafkan dan memohonkan ampun untuk mereka. Seandainya Rasulullah bersikap keras, tentu mereka akan menaruh benci kepada beliau. Dalam pergaulan sehari-hari, beliau juga senantiasa memberi maaf terhadap orang yang berbuat salah sertamemohonkan ampun kepada Allah Swt. terhadap kesalahan-kesalahan mereka.
    Dalam kehidupan bermasyarakat, musyawarah menjadi sangat penting karena:
    a. Permasalahan yang sulit menjadi mudah setelah dipecahkan oleh orang banyak lebih-lebih kalau yang membahas orang yang ahli.
    b. Akan terjadi kesepahaman dalam bertindak.
    c. Menghindari prasangka yang negatif, terutama masalah yang ada hubungannya dengan orang banyak.
    B. Demokrasi dan Syura Selama ini demokrasi diidentikkan dengan syura dalam Islam karena adanya titik persamaan di antara keduanya. Untuk melihat lebih jelas titik persamaan tersebut, perlu kita lihat jati diri masing-masing dari keduanya.

    ReplyDelete
  42. Nama : Muhammad ikhsanuri
    No : 18
    Kelas : XII MIPA 2

    Dalam Q. S Ali-Imran ayat 159 menjelaskan sifat dan sikap yang secara berurutan untuk dilaksanakan sebelum bermusyawarah, yaitu lemah lembut, tidak kasar, dan tidak berhati keras. Meskipun ayat ini berbicara perang uhud, tetapi sifat-sifat tersebut harus dimiliki dan diterapkan oleh setiap muslim. Seperti sikap yang di contohkan oleh Rasulullah ketika terjadi perbedaan pendapat antara Abu Bakar ra. dan Umar bin Khattab ra. Beliau bersikap lemah lembut dan tidak marah. Selain itu Rasulullah juga mengisyaratkan pentingnya Demokrasi seperti yang sudah beliau contohkan ketika Rasulullah menjadi pemimpin. Namun pro dan kontra demokrasi dalam Islam masih terus berlanjut.

    ReplyDelete
  43. Nama :Utami Puspa Rahmayanti
    No :24
    Kelas :XII IPS

    Rangkuman 1. Kandungan Q.S.²li-Imran/3:159 dan H.R. at-Tirmizi menjelaskan bahwa musyawarah termasuk salah satu sifat orang yang beriman. Hal ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim terutama dalam hal-hal yang penting; 2. Mencintai musyawarah dalam mengambil keputusan pada segala hal yang terkait dengan kehidupan keluarga dan masyarakat, seperti memilih lembaga pendidikan yang cocok, memilih tempat kerja, memilih ketua RT, dan lain-lain; 3. Bersikap lemah lembut dalam bermusyawarah, baik ketika menyampaikan pendapat maupun menanggapi pendapat orang lain; 4. Berlapang dada untuk memaafkan semua pihak yang mungkin berlaku tidak wajar sehingga memancing amarah kita; 5. Konsisten terhadap keputusan hasil musyawarah, terutama jika menyangkut kepentingan bersama; 6. Melaksanakan hasil musyawarah dengan penuh sikap tawakal kepada Allah Swt., sehingga terhindar dari segala sikap buruk sangka apabila ternyata keputusan musyawarah tersebut tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan. 7. Antara musyawarah (syμra) dengan demokrasi terdapat titik temu, di mana dalam demokrasi terdapat prinsip syμra, yaitu adanya kebebasan berpendapat, keterbukaan, dan kejujuran, sementara demokrasi, menjangkau ruang lingkup yang lebih luas. 8. Terjadi pro dan kontra di kalangan para ulama tentang demokrasi, sebagian menerima dan sebagian menolak.





    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel