Kemesraan Malam, Janganlah Cepat Berlalu!
Monday, May 2, 2011
Tambahkan komentar
Kemesraan pasangan suami-istri (pasutri), khususnya kemesraan di malam hari, tak boleh diremehkan. Rasulullah dalam banyak haditsnya bahkan memerintahkan masing-masing pasutri untuk tidak membiarkan penampilannya lecek, kotor, dan beraroma tak sedap. Salah satu pesan Rasulullah SAW kepada kalangan pria antara lain; "Janganlah kamu (kaum pria) berpenampilan kotor dan bau, seperi penampilan orang-orang Yahudi ketika berhadapan dengan istri-istri mereka. Karena banyak wanita-wanita Yahudi yang menyeleweng lantaran suami-suami mereka berpenampilan kotor!"
Adalah tidak adil, jika istri dituntut memberi pelayanan optimal, sementara suami tak memperhatikan penampilan dirinya. Bahkan sesungguhnya seorang wanita diberi kebebasan oleh Islam untuk berpisah dari pasangannya, apabila penampilan pasangannya tidak memuaskan dirinya. Kasus ini pernah terjadi di zaman Nabi SAW, ketika seorang wanita datang menghadap beliau mengadukan persoalan rumah tangganya. Wanita itu mengatakan, ia ingin cerai dari suaminya, lantaran penampilan sang suami yang tidak menarik hatinya. "Saya khawatir saya tidak bisa ta'at kepadanya, hingga saya ingin bercerai darinya," tuturnya pada Nabi SAW. Setelah panjang lebar mendengarkan pengaduan si wanita, akhirnya Nabi mengabulkan permohonannya.
Sebaliknya Islam juga memerintahkan istri memberikan pelayanan sebaik mungkin, jika tidak ada alasan-alasan objektif dia harus menolak ajakan suaminya. Kepada istri yang baik camkanlah, bahwa memenuhi kebutuhan suami adalah ibadah mulia. Hendaknya dia tidak memandangnya sebagai aktivitas yang bertujuan hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan syahwat suaminya. Namun anda harus melihatnya sebagai salah satu sarana penting untuk memelihara kehormatannya, menundukkan pandangannya, membuatnya konsisten dengan agamanya, serta menjadikannya profesional dalam bekerja.
Siapa yang patut disalahkan, ketika seorang suami melirik wanita lain, lantaran si istri menolak ajakannya untuk bercumbu di malam hari? Ketika dahaga syahwat suami tak mendapatkan muara, seperti yang diharapkannya?
Dalam keadaan apapun, kegiatan kencan suami-istri pada malam hari seyogyanya tidak terganggu oleh berbagai beban pikiran macam-macam. Kita bisa mengambil pelajaran dari kisah seorang Ummu Sulaim, sohabiyah yang amat bijak tatkala menghadapi suaminya pada malam hari. Padahal ia baru saja kehilangan putra tercintanya. Coba simak kisah di bawah ini.
Ketika itu seorang anak Abu Thalhah sedang sakit keras. Kemudian Abu Thalhah pergi, dan sebelum pulang, anaknya meninggal dunia. Ketika pulang ke rumah, Abu Thalhah bertanya kepada istrinya;
"Bagaimana kabar anakku?"
Ummu Sulaim (istrinya) menjawab; "Ia lebih tenang dari sebelumnya."
Kemudian Ummu Sulaim menghidangkan makan malam dan Abu Thalhah pun menyantapnya. Ia juga melakukan hubungan suami-istri sebaik mungkin. Setelah semuanya selesai; Ummu Sulaim mengadukan perihal anak mereka yang sebenarnya kepada Abu Thalhah.
Singkat cerita, Abu Thalhah gusar mendengar pengakuan istrinya. Dia menilai bahwa istrinya telah berdusta, hingga mengadukan hal itu kepada Rasulullah SAW. Tapi di luar dugaan Abu Thalhah, ternyata Rasul mulia membenarkan tindakan Ummu Sulaim. Apa yang dilakukan Ummu Sulaim yang bermaksud untuk tidak ingin merusak suasana romantismenya dengan sang suami, bahkan dipuji Nabi SAW.
Sejumlah riwayat menyebutkan sebagai berikut. Rasulullah saw bersabda; "Apabila salah seorang di antara kamu tertarik oleh seorang wanita, lalu muncul keinginan di dalam dirinya..., maka hendaklah ia menemui istrinya, dan berhubungan badan dengannya. Sebab dengan begitu, ia dapat mengendalikan dirinya." (HR Muslim)
"Tidak halal bagi seorang istri untuk berpuasa, sementara suaminya bersamanya (bukan dalam bepergian), kecuali dengan izinnya. (Muttafaq 'alaih)
Sungguh mulia jika seorang istri mampu memberikan kepuasan kepada suaminya. Bayangkanlah, suami anda berhasil menundukkan pandangannya, menyelamatkan dia dari perbuatan zina, lantaran anda memenuhi ajakannya semalam. Bukankah anda ikut berperan dalam menyelamatkan suami anda dari perbuatan nista?
Jika suami anda bekerja dengan syaraf yang rileks, lapang dada, dan mengerjakan tugas-tugas kantornya dengan etos yang tinggi, lantaran andil anda semalam, sungguh perbuatan anda sangat berarti bagi karirnya. Ia akan lebih produktif, dan melakukan tugas-tugasnya dengan akurasi penyelesaian yang tinggi.
Sebaliknya, coba bayangkan, seandainya suami anda bekerja dengan tidak tenang, urat syarafnya tegang, selalu salah, nervous menghadapi setiap orang, serta tidak optimal dalam menyelesaikan tugas-tugas kantornya. Sebab, ia berangkat bekerja dalam keadaan gundah, karena anda telah menolak ajakannya, dan tidak peduli terhadap dahaga syahwatnya.
Karena itu Rasulullah SAW menjanjikan bagi wanita yang memberikan pelayanan baik kepada suaminya, pahala yang sepadan dengan setiap kebaikan yang dilakukan oleh suami kepadanya. Tidak diragukan lagi, bahwa menuruti ajakan suami, adalah salah satu bentuk ibadah mulia di sisi Allah 'Azza wa Jalla.
Jika suami telah menjaga kehormatannya, menundukkan pandangannya, bekerja dengan profesional, dan mendapatkan pahala atas semua kebaikan tersebut, maka tidak diragukan bahwa istri akan mendapatkan pahala yang sepadan dengan pahala yang didapat suaminya.
Tunggu apa lagi, ayo bermesra-mesraanlah dengan pasangan anda sebaik mungkin!"
Adalah tidak adil, jika istri dituntut memberi pelayanan optimal, sementara suami tak memperhatikan penampilan dirinya. Bahkan sesungguhnya seorang wanita diberi kebebasan oleh Islam untuk berpisah dari pasangannya, apabila penampilan pasangannya tidak memuaskan dirinya. Kasus ini pernah terjadi di zaman Nabi SAW, ketika seorang wanita datang menghadap beliau mengadukan persoalan rumah tangganya. Wanita itu mengatakan, ia ingin cerai dari suaminya, lantaran penampilan sang suami yang tidak menarik hatinya. "Saya khawatir saya tidak bisa ta'at kepadanya, hingga saya ingin bercerai darinya," tuturnya pada Nabi SAW. Setelah panjang lebar mendengarkan pengaduan si wanita, akhirnya Nabi mengabulkan permohonannya.
Sebaliknya Islam juga memerintahkan istri memberikan pelayanan sebaik mungkin, jika tidak ada alasan-alasan objektif dia harus menolak ajakan suaminya. Kepada istri yang baik camkanlah, bahwa memenuhi kebutuhan suami adalah ibadah mulia. Hendaknya dia tidak memandangnya sebagai aktivitas yang bertujuan hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan syahwat suaminya. Namun anda harus melihatnya sebagai salah satu sarana penting untuk memelihara kehormatannya, menundukkan pandangannya, membuatnya konsisten dengan agamanya, serta menjadikannya profesional dalam bekerja.
Siapa yang patut disalahkan, ketika seorang suami melirik wanita lain, lantaran si istri menolak ajakannya untuk bercumbu di malam hari? Ketika dahaga syahwat suami tak mendapatkan muara, seperti yang diharapkannya?
Dalam keadaan apapun, kegiatan kencan suami-istri pada malam hari seyogyanya tidak terganggu oleh berbagai beban pikiran macam-macam. Kita bisa mengambil pelajaran dari kisah seorang Ummu Sulaim, sohabiyah yang amat bijak tatkala menghadapi suaminya pada malam hari. Padahal ia baru saja kehilangan putra tercintanya. Coba simak kisah di bawah ini.
Ketika itu seorang anak Abu Thalhah sedang sakit keras. Kemudian Abu Thalhah pergi, dan sebelum pulang, anaknya meninggal dunia. Ketika pulang ke rumah, Abu Thalhah bertanya kepada istrinya;
"Bagaimana kabar anakku?"
Ummu Sulaim (istrinya) menjawab; "Ia lebih tenang dari sebelumnya."
Kemudian Ummu Sulaim menghidangkan makan malam dan Abu Thalhah pun menyantapnya. Ia juga melakukan hubungan suami-istri sebaik mungkin. Setelah semuanya selesai; Ummu Sulaim mengadukan perihal anak mereka yang sebenarnya kepada Abu Thalhah.
Singkat cerita, Abu Thalhah gusar mendengar pengakuan istrinya. Dia menilai bahwa istrinya telah berdusta, hingga mengadukan hal itu kepada Rasulullah SAW. Tapi di luar dugaan Abu Thalhah, ternyata Rasul mulia membenarkan tindakan Ummu Sulaim. Apa yang dilakukan Ummu Sulaim yang bermaksud untuk tidak ingin merusak suasana romantismenya dengan sang suami, bahkan dipuji Nabi SAW.
Sejumlah riwayat menyebutkan sebagai berikut. Rasulullah saw bersabda; "Apabila salah seorang di antara kamu tertarik oleh seorang wanita, lalu muncul keinginan di dalam dirinya..., maka hendaklah ia menemui istrinya, dan berhubungan badan dengannya. Sebab dengan begitu, ia dapat mengendalikan dirinya." (HR Muslim)
"Tidak halal bagi seorang istri untuk berpuasa, sementara suaminya bersamanya (bukan dalam bepergian), kecuali dengan izinnya. (Muttafaq 'alaih)
Sungguh mulia jika seorang istri mampu memberikan kepuasan kepada suaminya. Bayangkanlah, suami anda berhasil menundukkan pandangannya, menyelamatkan dia dari perbuatan zina, lantaran anda memenuhi ajakannya semalam. Bukankah anda ikut berperan dalam menyelamatkan suami anda dari perbuatan nista?
Jika suami anda bekerja dengan syaraf yang rileks, lapang dada, dan mengerjakan tugas-tugas kantornya dengan etos yang tinggi, lantaran andil anda semalam, sungguh perbuatan anda sangat berarti bagi karirnya. Ia akan lebih produktif, dan melakukan tugas-tugasnya dengan akurasi penyelesaian yang tinggi.
Sebaliknya, coba bayangkan, seandainya suami anda bekerja dengan tidak tenang, urat syarafnya tegang, selalu salah, nervous menghadapi setiap orang, serta tidak optimal dalam menyelesaikan tugas-tugas kantornya. Sebab, ia berangkat bekerja dalam keadaan gundah, karena anda telah menolak ajakannya, dan tidak peduli terhadap dahaga syahwatnya.
Karena itu Rasulullah SAW menjanjikan bagi wanita yang memberikan pelayanan baik kepada suaminya, pahala yang sepadan dengan setiap kebaikan yang dilakukan oleh suami kepadanya. Tidak diragukan lagi, bahwa menuruti ajakan suami, adalah salah satu bentuk ibadah mulia di sisi Allah 'Azza wa Jalla.
Jika suami telah menjaga kehormatannya, menundukkan pandangannya, bekerja dengan profesional, dan mendapatkan pahala atas semua kebaikan tersebut, maka tidak diragukan bahwa istri akan mendapatkan pahala yang sepadan dengan pahala yang didapat suaminya.
Tunggu apa lagi, ayo bermesra-mesraanlah dengan pasangan anda sebaik mungkin!"
0 Tanggapan untuk "Kemesraan Malam, Janganlah Cepat Berlalu!"
Post a Comment