10 Jawaban Kepada Saudariku Untuk Segera Berhijab
Thursday, March 29, 2012
Tambahkan komentar
'Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri di antara kamu.'
(Q.S. an-Nisa:59)
'Orang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya.' (H.R. At
Thabrani)
Bahwa seorang mukmin dapat mengenali kekurangannya dari
mukmin lainnya, sehingga ia laksana cermin bagi dirinya.
Islam juga menganjurkan dan mengajak penganutnya agar
sebagian mereka mencintai sebagian yang lain, dimana diantaranya engkau
berharap agar saudaramu masuk Surga dan dijauhkan dari api Neraka. Tak sebatas
mengharap, namun berupaya keras dan maksimal menyediakan berbagai sarana dari
hal-hal yang membahayakan dan merugikannya, di dunia maupun di akhirat kelak.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala, dalam Q.S. Al Ahzab : 59
berfirman :
'Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin, 'Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka'. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha
pengampun lagi Maha penyayang.'
'Katakanlah kepada wanita yang beriman: 'Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka,
atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau
budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.' (Q.S. An Nur : 31)
Dalam perjalanan hidup saya, saya mendapati beberapa alasan
yang senantiasa terulang ketika ajakan untuk berhijab dikumandangkan. Oleh
karenanya, semoga risalah ini dapat bermanfa'at bagi saudariku sekalian, dan
memperteguh mereka yang masih ragu-ragu dalam menunaikan kewajiban utama
muslimah ini. Alasan-alasan yang sering saya temui antara lain :
1. Tubuh ini adalah ciptaan Allah, dan keindahannya bukan
untuk ditutupi, melainkan diperlihatkan.
Saudariku, begitu banyak nikmat yang diberikan Allah kepada
kita, baik yang kita tidak sadari hingga yang terlihat di depan mata kita. Cara
mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah SWT, yang menciptakan diri kita
adalah dengan beribadah menurut tuntunanNya, dan memasrahkan diri sepenuhnya
kepada segala ketentuan dan aturanNya. Karena ketidakpatuhan kita akan menjebak
kita ke dalam perangkap penolakan/pembangkangan atas Rabb kita.
Berfirman Allah SWT dalam Q.S Al Baqarah : 216,
'Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.'
Pernahkah kita bayangkan manakala Allah mencabut nikmat
kecantikan yang dititipkan kepada kita? Pernahkah kita sadari bahwa kecantikan
itu adalah ujian dari Allah, sejauh mana ia bersyukur atas kecantikannya itu?
Pernahkan kita renungi manakala Allah meminta pertanggungjawaban dari nikmat
kecantikan yang telah dianugerahkanNya, sementara kita menggunakannya tidak
berlandaskan syari'at Allah?
Dan jika engkau menjawab, 'Kecantikah itu untuk
diperlihatkan, bukan untuk ditutupi, maka kembali kita perlu bertanya :
Relakah engkau kecantikanmu dinikmati oleh orang yang dekat
dan yang jauh darimu?
Relakah engkau menjadi objek yang dilihat, bagi semua orang,
yang jahat maupun yang terhormat?
Bagaimana engkau bisa menyelamatkan dirimu dari mata para
pria?
Maukah kamu jika dirimu dihargai serendah itu, sementara
engkau bisa menjadi seorang wanita yang mulia di mata Allah SWT?
2. Aku takut dijauhi teman-teman, dikeluarkan dari kerjaan
(kehilangan mata pencaharian), dan mendapat posisi yang rendah.
Saudariku, rizki ada di tangan Allah. Setiap manusia yang
dilahirkan ke dunia ini telah diberikan kadar rizkinya, tinggal apakah kita mau
menjemputnya ataukah tidak.
Telah banyak terjadi di sekitar kita cerita-cerita nyata
kegigihan mereka pada prinsipnya, yang seharusnya semakin memperkuat keyakinan
kita semua, bahwa rizki bukan ditangan manajemen kantor, namun berada di tangan
Allah. Kekayaan yang kita miliki hari ini, kemuliaan di hadapan manusia yang
kita rasakan dapat dengan hilang dengan amat segera, manakala Allah
mencabutnya.
Berfirman Allah SWT dalam Q.S. Ali 'Imran : 26,
'Katakanlah: 'Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau
berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan
dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki
dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.'
Dan ingatlah bahwa Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan
hambaNya yang berusaha bertaqwa dan istiqomah berpegang teguh memperjuangkan
prinsip keislamannya. Ingatlah firman Allah SWT dalam Q.S. Ali 'Imran : 195
'Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan
berfirman), 'Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang
beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu
adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang
diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan
yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah
Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya
sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.'
Dalam ayat lain, Allah melanjutkan,
'Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al Kitab
(Taurat) serta mendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami
tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan.' (Q.S. Al
A'raaf : 170)
'Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.' (Q.S. Hud : 115)
Adapun ketakutan dijauhi teman-teman, adalah ketakutan yang
seharusnya tidak terjadi. Karena seorang mukmin seharusnya menjadi tenang dan
tentram dengan Allah bersamanya. Tidak ada lagi yang dia dambakan kecuali
kedekatan dan kecintaan Allah padanya.
3. Saya senantiasa menjaga amalan ibadah saya yang lain kok,
kecuali hijab, saya belum mampu untuk memakainya.
Saudariku, kalau memang Anda sudah melakukan amalan-amalan
terpuji, yang berpangkal dari iman, dan kepatuhan pada perintah Allah, serta
takut siksaanNya jika meninggalkan kewajiban itu, mengapa Anda beriman kepada
sebagian dan tidak beriman kepada sebagian yang lain, padahal sumber perintah itu
hanya satu?
Sebagaimana shalat yang selalu Anda jaga adalah sebuah
kewajiban, maka hijab pun demikian. Kewajiban mengenakan hijab tidak diragukan
dalam Al Qur'an dan As Sunnah.
Berfirman Allah SWT dalam Q.S. Al Baqarah:85 ketika mencerca
Bani Israil :
'Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan
ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tidaklah balasan bagi orang-orang yang
berbuat demikian melainkan kehinaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat
mereka dikembalikan kepada siksa yang amat pedih. Allah tidak lengah atas apa
yang kamu perbuat'.
Padahal ............... digambarkan oleh Rasulullah SAW,
'Sesungguhnya penghuni Neraka yang paling ringan adzabnya
pada hari Kiamat adalah orang yang diletakkan kedua telapak kakinya dua bara
api, dari dua bara api ini otaknya mendidih, sebagaimana periuk yang mendidih
dalam bejana besar yang dipanggang dalam kobaran api.' (H.R. Bukhari)
Jika seperti itu adzab yang paling ringan di hari Kiamat,
maka bagaimana adzab bagi orang yang diancam Allah dengan adzab yang pedih,
sebagaimana disebutkan dalam ayat diatas, yang beriman kepada sebagian, dan
meninggalkan sebagian yang lain?
4. Saya belum siap berperilaku dan berakhlak sebagaimana
muslimah yang berjilbab. Yang berjilbab saja perilakunya tidak sesuai dengan
jilbabnya.
Saudariku, kewajiban harus diutamakan diatas segalanya.
Berfirman Allah SWT, dalam kumpulan kalam Ilahinya, Q.S. Al
Baqarah : 208,
'Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan.
Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.'
Tunaikanlah kewajibanmu dahulu kepada Penciptamu, dan
kemudian secara perlahan memperbaiki segala akhlak buruk yang masih sulit
engkau tinggalkan. Apakah engkau tidak sadar, dengan semakin lamanya engkau
tunda berhijab, maka sedemikian menumpuklah dosa besar yang terus menggunung,
yang harus dibalas dengan siksaan Allah, kuatkah engkau menjalaninya? Dosa yang
terus mengalir dari hari ke hari, semakin memperberat timbangan dosa kita.
Segeralah kita menuju jalan Allah.
Sementara bagi mereka yang telah berhijab, namun perilakunya
tidak sesuai dengan hijabnya, maka berprasangka baiklah, bahwa minimal ia telah
menunaikan tugasnya sebagai hamba Allah, dalam hal menutup auratnya, sedangkan
engkau masih enggan menjalaninya. Adapun sifat kurang baiknya adalah tugas kita
bersama untuk memperbaikinya, dengan nasihat-nasihat yang baik, dan ikhlas,
karena boleh jadi ia belum mengetahui ilmunya, sementara ia baru mendapatkan
ilmu wajibnya berhijab, dan ia segera menunaikannya.
Adapun kesiapan diri, maka sifatnya amatlah abstrak. Tidak
ada parameter pasti yang mampu mengukur tingkat kesiapan seseorang, kecuali
kalimat Sami'na wa Atho'na, sebagai implementasi Laa Ilaaha Illa Allah (Tidak
ada yang lebih aku cintai kecuali Allah semata, hidupku hanyalah untuk Allah,
Yang Menciptakanku, dan kepadaNya kelak aku akan kembali.
Saudariku, harus bisa kita bedakan antara perintah manusia
dan perintah Tuhan. Perintah manusia bisa salah dan benar. Imam Malik r.a.
pernah berkata, 'Setiap orang bisa diterima ucapannya dan juga bisa ditolak,
kecuali (perkataan) orang yang ada di dalam kuburan ini (Rasulullah)'.
Jika perintah itu datang dari Allah di dalam kitabNya, atau
melalui NabiNya, maka tidak ada bagi manusia untuk mengatakan 'saya belum
mantap', padahal Dia Maha Mengetahui bahwa perintah itu untuk kebaikan kita,
dan salah satu sebab tercapainya kebahagiaan kita.
Padahal Allah menyukai orang-orang yang berkata, 'Sami'na wa
atho'na, ghufronaka rabbanaa wa ilaykal mashiir (Q.S. Al Baqarah:285)', (Kami
dengar dan kami segera ta'at, ampuni kami ya Allah, kepadaMulah tempat kembali
kami), dan padahal Allah membenci orang-orang yang berkata, 'Sami'na wa
'ashoina (Q.S. Al Baqarah:93/Q.S. Annisa:46)', (Kami dengar tapi kami tidak
mena'atinya).
Alangkah hinanya kita ketika kita tidak menuruti keinginan
Yang Menciptakan kita. Sementara ucapan 'Aku belum mantap' adalah ucapan yang
berbahaya, karena bermakna ia meragukan kebenaran perintah tersebut, dan
bermakna ia tidak mencintai Penciptanya, Rabbul 'Alamin.
Berfirman Allah SWT dalam Q.S. Al Ahzab : 36 :
'Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak pula
bagi wanita mukminah, apabila Allah dan RasulNya telah menerapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata.'
Begitu kerasnya Allah berfirman dalam ayat diatas, apakah
kita tidak takut dimasukkan Allah dalam golongan orang-orang yang sesat?
5. Saya belum dapat hidayah. Do'akanlah aku agar segera
mendapat hidayah.
Saudariku, hidayah tidak datang dengan sendirinya. Hidayah
membutuhkan pencaharian. Dan bagaimanakah engkau mengetahui bahwa Allah belum
memberimu hidayah? Apakah engkau mengetahui sesuatu yang ghaib yang ada dalam
kitab yang tersembunyi (Al Lauh Al Mahfuzh), ataukah engkau mendapatkan bisikan
dari golongan jin atau manusia?
Telah berfirman Allah SWT dalam Q.S. Muhammad:17,
'Dan orang-orang yang meminta petunjuk, Allah (akan)
menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan)
ketakwaannya.'
Ingatlah bahwa dalam hidayah, terdapat campur tangan dan
usaha manusia, maka ikutilah petunjuk Allah agar engkau semakin dekat dengan
hidayah Allah. Carilah sebab-sebab untuk mendapatkannya.
Berfirman Allah SWT dalam Q.S. Ar Ra'd:11,
'Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.'
Fahamilah sunnatullah.
Wahai saudariku, berusahalah mendapatkan sebab-sebab
hidayah, niscaya akan engkau dapatkan dengan izin Allah. Banyaklah berdo'a
kepada Allah, pilihlah teman yang shalihah, banyaklah membaca, pelajari dan
renungilah Kitab Allah, ikutilah majelis-majelis dzikir dan ceramah-ceramah
agama, dengarkanlah kaset-kaset pengajian, dan bacalah buku-buku tentang
keimanan. Di sisi lain, hendaklah engkau terlebih dahulu meninggalkan hal-hal
yang bisa menjauhkan dirimu dari datangnya hidayah, seperti teman yang tidak
baik, bacaan-bacaan yang tidak bermanfa'at, tayangan-tayangan televisi yang
buruk, dan hal-hal lainnya.
6. Insya Allah saya akan berhijab setelah menikah kelak.
Saudariku, bagaimana mungkin engkau dapat memastikan sesuatu
yang engkau pun belum yakin apakah usiamu sampai hingga menikah kelak ataukah
tidak. Bagaimanakah jika engkau telah dipanggil Allah dalam keadaan belum
berhijab? Tidakkah engkau takut mati dalam keadaan masih tidak beriman pada
sebuah kewajiban Allah yang amat mendasar bagi seorang muslimah?
Bagaimana ketika hari ini kita telah berniat berbuat sebuah
kebaikan yang kita telah tahu ilmunya, namun kita tunda karena beberapa alasan,
namun ternyata di kemudian hari, usia kita tidak sampai merealisasikannya,
karena Allah telah mencabut nyawa kita, maka bagaimana kita
mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah kelak? Kenapa kita menundanya?
Kemana usia kita kita gunakan di dunia? Sejauh mana cinta kita pada Allah dan
RasulNya?
Saudariku, kematian tidak hanya mengetuk pintu orang yang
sakit, tidak pula orang yang lanjut usia saja, tetapi juga orang-orang yang
sehat wal afiat, orang dewasa, pemudi, bahwa sampai bayi yang masih menyusu
pada ibunya. Banyak contoh yang dapat kita ambil dari kejadian di sekitar kita.
Dalam Kitaabun Nikah, Imam Bukhari meriwayatkan sebuah
hadits Rasulullaah SAW,
'Wanita itu dinikahi karena empat hal. Yaitu karena harta,
keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang berpegang teguh
dengan agama, (jika tidak) niscaya kedua tanganmu berlumur debu.'
Wanita yang shalihah untuk pria yang shalihah.
Boleh jadi, wanita yang terbiasa memperlihatkan kecantikan
tubuhnya -- yang dimaksudkan untuk menawan hati pria -- malah membuat para
pemuda enggan menikahinya, karena beranggapan, jika wanita tersebut berani
melanggar salah satu perintah Allah, yaitu hijab, tidak menutup kemungkinan dia
akan berani melanggar perintah-perintah yang lain. Karena syaithan memiliki
banyak langkah.
7. Sesungguhnya iman itu ada di hati, dan juga Allah Maha
Tahu kalaupun nanti saya telah berniat untuk berhijab.
Saudariku, benar yang telah engkau katakan bahwa iman berada
di dalam hati, sebagaimana sabda Rasulullaah SAW, 'Taqwa itu ada disini, seraya
menunjuk ke arah dadanya.' (H.R. Muslim)
Namun jangan sampai salah dalam mengartikan hadits di atas.
Penulis kitab Nuzhatul Muttaqin berkata, 'Hadits ini menunjukkan pahala amal
tergantung keikhlasan hati, kelurusan niat, perhatian terhadap situasi hati,
kebenaran tujuan, dan kebersihan hati dari segala sifat tercela yang dimurkai
Allah.'
Bahwa Rasulullah SAW tidak memaksudkan bahwa iman tidak akan
sempurna kecuali hanya di dalam hati saja, tetapi amal perbuatan tetap harus
diperlihatkan kepada Allah, sementara hati adalah benteng terakhir selamatnya
perbuatan kita.
Bahwa telah sepakat jumhur ulama bahwa, 'Keyakinan dalam
hati, pengucapan dengan lisan, dan pelaksanaan dengan anggota badan.'
Dan akan lebih jelas lagi ketika kita menemukan firman Allah
dalam Q.S. al-Ankabut:1-3,
'Alif Laam Miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan saja mengatakan: 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji
lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang berdusta.'
8. Saya sangat ingin berhijab, tapi suami saya lebih suka
dengan keindahan rambut saya ketika tidak berhijab, lebih cantik katanya.
Saudariku, ketaatan kepada Allah harus didahulukan daripada
ketaatan kepada makhluk, siapapun dia. Setelah ketaatan kepada Allah, kedua
orang tua lebih berhak untuk ditaati dari yang lainnya, selama itu bukan dalam
kemaksiatan.
Bersabda Rasulullah SAW,
'Sesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam kebaikan.' (H.R.
Bukhari dan Muslim)
'Dan tidak boleh taat kepada makhluk dengan mendurhakai
(bermaksiat) kepada al-Khaliq.' (H.R. Ahmad)
Harus disadari bahwa halangan yang dihadapi merupakan ujian
bagi setiap hamba, karena memang meraih Surga tidaklah semudah meraih Neraka.
Bagi sang suami, harus ada seseorang yang mampu
menasihatinya agar bertaqwa kepada Allah dalam urusan keluarganya. Dan
hendaknya ia bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kepadanya isteri yang
ingin menerapkan salah satu perintah Allah, yakni memakai pakaian sesuai
ketentuan syari'at, sehingga menjaga keselamatan dirinya dari fitnah. Dan
mengingatkan dia sebuah kalam Ilahi dalam Q.S. At Tahrim:6, 'Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari Api Neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka, dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.'
Ayat diatas mendapat penegasan pula dari Rasulullah SAW,
dalam haditsnya,
'Seseorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan
bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.' (H.R. Bukhari)
Sehingga patutkan bagi seorang suami untuk memaksakan
kehendaknya agar sang isteri tidak menutup auratnya dengan sempurna sebagaimana
mestinya?
Adapun bagi isteri, tetaplah untuk tidak menaati suami dalam
kemaksiatan terhadap Allah, sampai kapanpun. Dan dalam tataran teknis,
perhatikanlah adab sopan santun dan cara-cara yang hikmah dalam menyampaikannya
kepada suami, bisa secara mesra, dan lemah lembut, dan tidak menggunakan
kalimat-kalimat yang memancing emosi ataupun amarah, dan terkesan menggurui.
Dan tetaplah tabah dan sabar menghadapi celaan, ejekan, dan hinaan, dan tidak
boleh menyebabkan hubungan dengan suami menjadi retak. Hendaklah selalu meminta
pertolongan Allah agar diberi keteguhan dalam prinsip, kemudahan dan jalan
keluar dari kesulitan ini, kemudian meminta pertolongan sanak kerabat, dan
kawan-kawan dekat suami. Senantiasalah membalas segala keburukan dengan
kebaikan, dan pilihlah saat-saat yang tepat untuk dialog, dan sadarilah sekali
lagi bahwa jalan ke Surga memang penuh dengan onak dan duri, dan tidak akan
diberikan Allah kecuali setelah melewati kepayahan, kerja keras, dan tabah
menanggung segala rintangan dan hambatan di jalan Allah.
9. Kata orang tua saya, tidak berhijab lebih baik. Dan saya
yakin orang tua selalu menginginkan yang terbaik buat anaknya.
Saudariku, benar bahwa orang tua pasti selalu menginginkan
yang terbaik buat anak puterinya. Namun, harus kita fahami, bahwa orang tua
kita berpendapat akan sesuatu amat dilandasi oleh pemahamannya. Terkait masalah
jilbab, amat boleh jadi, orang tua kita belum mendapatkan ilmunya, sejak
kecilnya. Maka tugas kitalah secara perlahan-lahan menyadarkan orang tua kita,
dan melakukan lobi-lobi internal, agar akhirnya menjadikan orang tua kita
pendukung sejati niat kita untuk berhijab, dan bahkan mengikuti anaknya dalam
berhijab. Subhanallah.
Nabi kita, Rasulullah SAW pernah bersabda,
'Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu
akan ditanya tentang yang dipimpinnya ....' (H.R. Bukhari)
Seorang ayah adalah pemimpin dalam rumah tangga, dan akan
ditanya Allah di hari Kiamat tentang orang-orang yang berada dibawah
kepemimpinannya. Hendaknya seorang ayah bertanya pada dirinya sendiri :
- Berapa banyak pemuda yang telah tergoda oleh puterinya?
- Seberapa jauh puterinya telah menyebabkan penyimpangan
para pemuda?
- Berapa banyak hinaan yang dilontarkan para pemuda
kepadanya?
Semoga Allah senantiasa mengisi hati kita dengan cahayaNya
yang tidak pernah padam, dan memenangkan kita dalam pertarungan kita melawan
kejahatan syaithan, jin, dan manusia. Memerdekakan diri kita dari tawanan hawa
nafsu, menuju alam kebebasan, kemuliaan, kehormatan, dan ketenangan, dan alam
kesucian.
10. Hijab hanyalah kebudayaan orang Arab, dan hijab tidak
sesuai dengan mode masa kini.
Saudariku, memang benar bahwa kebanyakan budak wanita di
masa Rasulullah tidak berhijab, dan sebagian dari hartawan di kalangan wanita
mengenakan hijab. Tapi kita harus fahami sebuah kejadian menarik di Madinah
ketika Surah Al Ahzab:59 diturunkan, dimana terjadi Peristiwa yang amat
menghebohkan di Madinah. Kedua setelah MIRAS. Apakah itu? Bagaimana 10 tahun
awal da'wah Rasulullaah di Makkah Al Mukarramah tidak pernah menyinggung
masalah syari'at. Beliau hanya menekankan pada masalah tauhid dan aqidah.
Karena memperkuat penyerahan diri manusia atas Penciptanya adalah yang paling
utama.
Membina keikhlasan dan kesungguhan (mujahadah) dalam
mengusung kalimat 'Laa ilaaha illallaah wa Muhammad Rasul Allah' adalah sebuah
keniscayaan. Sehingga kita lihat bersama, bagaimana setelah keimanan umat Islam
di Madinah telah begitu kokohnya, dan begitu pasrahnya mereka akan aturan
Allah, dan begitu cintanya mereka pada Rasul Allah, ketika turun ayat Al Qur'an
yang memerintahkan kaum wanita untuk mengenakan kerudung hingga ke dadanya, dan
tidak memperlihatkan auratnya kepada laki-laki, pamannya, dll, (sebagaimana
tercantum dalam Al Qur'an), dan ketika berita ini sampai ke telinga mereka, maka
prinsip mereka hanya satu, yakni SAMI'NA wa ATHO'NA, kami dengar dan kami
segera ta'at.
Seluruh pasar-pasar di madinah, seluruh tempat-tempat di
madinah menjadi riuh, karena para wanitanya yang saat itu sebagian besar tidak
berkerudung, berlari ke sana kemari mencari segala sesuatu yang bisa menutupi
rambut mereka, seperti goni, gorden rumah, dll. Subhanallaah, begitulah kita
lihat bersama bagaimana mereka benar-benar hanya mengharapkan kebaikan di
akhirat yang kekal abadi saja.
Dan ingatlah bahwa ayat itu tidak diturunkan khusus untuk
orang Arab, tapi kalimatnya ditujukan untuk seluruh wanita-wanita mukmin,
wanita-wanita yang benar-benar beriman kepada Penciptanya.
Saudariku sekalian, demikian 10 Jawaban yang saya susun,
tiada lain kecuali berharap mengetuk pintu kesadaran saudariku sekalian untuk
kembali kepada tuntunan suci Al Qur'an dan As Sunnah, agar jalan hidup kita
menjadi lurus, dan mendapatkan kebaikan hidup baik di dunia maupun kehidupan
akhirat kelak yang tidak memiliki batasan akhir kehidupan (kekal abadi). Apakah
kita kekal dalam kebahagiaan, atau kekal dalam siksanya Allah, seluruhnya
terpulang pada diri kita masing-masing. Tidak ada seorangpun yang berhak
memaksa orang lain untuk berpaling dari keyakinannya, hanya kewajiban menyeru
ke jalan Allah lah yang wajib ditunaikan.
Berfirman Allah SWT dalam Q.S. Al Baqarah : 272,
'Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk,
akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang
dikehendaki-Nya'.
Oleh karenanya, janganlah kita termasuk kepada golongan
orang-orang yang mengunci mati hati mereka dari datangnya petunjuk, menutup
rapat-rapat telinga kita, sehingga hidayah semakin jauh dari kita. Bersegeralah
menuju ridhonya Allah, di hari-hari hidup kita yang masih tersisa ini.
Allaahu a'lam, waliyyut taufiiq.
#######
Maraaji'
- Al Qur'an
- As Sunnah
- Ila ukhti ghairil muhajjabah, mal maani' minal hijab?,
Abdul Hamid Al Bilaly
0 Tanggapan untuk "10 Jawaban Kepada Saudariku Untuk Segera Berhijab"
Post a Comment